Oleh Moh Ilyas
Awalnya, aku pikir lokasinya tak jauh sebelah Barat Daya Kota Cimahi. Karyawangai, Ciwaruga, itulah yang selalu kutanyakan kepada orang-orang sejak di sebuah masjid di Padalarang, Bandung Barat.
Ku ikuti semua saran orang-orang. Sejak di Padalarang, jarang sekali ada yang mengerti Desa Karyawangi. Tapi ketika aku bertanya Ciwaruga, banyak orang yang bisa menjawabnya. "Ooo masih jauh," kata salah seorang di pinggir jalan yang tak jauh dari Kantor Pemkot Cimahi.
Namun, rasa khawatir semakin menjadi-jadi dalam dadaku. Mengapa tidak, meski perjalanan sudah ke atas Kantor Pemkot Cimahi dan dekat Ciwaruga, nyaris tak ada satupun yang mengerti tentang nama Desa Karyawangi.
Sesampainya di dekat jalan menurun di Desa Sariwangi, Ciwaruga, dua orang pengatur jalan tiba-tiba memberitahuku. "O ya, The Peak itu ada, tapi jauh mas. Sekitar 5 kilometer lagi ke atas," jelasnya.
Spontan, hatiku berbunga-bunga mendengarnya. Meski jalan bertebing dan membahayakan (licin dan rusak parah), aku teruskan saja mengegas motorku. Sekitar dua kilometer dari dua orang tadi, aku kembali bertanya. "Ooo jauh mas, lima kilometer terus ke atas," terangnya. "Kok masih sama dengan petunjuk orang tadi," tanyaku dalam hati.
Aku terus saja meyakinkan diriku kalau aku bisa sampai ke tempat yang ku kejar itu. Jalan gelap, rusak, dan sepi, membuat hatiku senang campur takut dan harap-harap cemas. Aku seorang diri yang melangkah di gelap malam, tanpa mengerti arah haluanku. Maklum, aku pertama kali melintasi jalan berliku itu.
Sekitar 10 menit kemudian, aku kembali bertanya. "Paling, dua kilo lagi," kata orang yang kutanya. Sementara jalan makin tidak bersahabat. Genangan air dan jalan rusak serta berlubang menemaniku hampir di sepanjang jalan. Jalan itu pun di tempat yang gelap dan sepi. Sementara di pinggir jalan merupakan tebing-tebing tinggi yang mengerikan.
"Kapan sampainya ini. Apa benar The Peak itu ada," tanyaku kian ragu. Sebab, sudah sekitar lima kilometer, sejak orang di pinggir jalan tadi memberitahu jarak dua kilometer. Aku terus saja berjalan pasrah sembari berdoa, semoga tidak terjadi hal-hal negatif padaku.
Sementara sudah lebih dari 10 orang yang kutanya sejak di Padalarang. Namun, yang ku cari itu pun belum juga ku dapat. "Inilah susahnya mencari berita," emosiku mulai memanas. "Sungguh, jarak tempuh ini sudah begitu makan hati."
Beberapa menit kemudian, setelah tatapan mata secara tak sengaja melihat bacaan Strobery, hatiku pun mulai lega. Sebab sebelumnya salah seorang memberitahuku jika sudah ada strobery, pertigaan setelahnya belok kiri. Ternyata benar, di pertigaan sudah ada penunjuk arah bertuliskan The Peak.
Areal The Peak sangatlah luas. Bahkan, meskipun aku sudah melewati pintu gerbangnya, aku masih belum terlalu yakin benarnya tempat itu. Sebab di dalam areal masih terlihat seperti jalan umum, gelap, namun aspal jalannya jauh lebih baik. Keraguan ini pudar setelah seorang setengah baya memberitahuku tempat seremonial The Peak. Ku menanjaki sekitar 500 meter, baru terlihat bacaan www.thepeakresortdining.com. Di situlah The Peak itu berada dengan lelampuan yang agak buram serta suasana hawa begitu dingin hingga membuat tubuhku menggigil.
Sekitar dua jam, acara diskusi dengan pihak Jamsostek, selaku pengundang berlangsung. Setelah dinner, sembari menyantap soto dan beberapa potong snack, diskusi menghangat. Namun, beberapa saat kemudian, perdebatan dalam diskusi kembali mendingin, nyaris seperti dinginnya suasana malam itu.
The Peak Resort Dining, 26/11/2010
Pukul 22.30 WIB
No comments:
Post a Comment
Leburkan semua unek-unekmu tentang blog ini...!