Oleh: Moh. Ilyas
Tesis. Itulah kata yang paling ditunggu sekaligus paling ditakuti oleh mahasiswa strata dua (S-2). Ditunggu, karena ia merupakan persyaratan kelulusan mahasiswa dari bangku pascasarjana. Ditakuti, karena ia merupakan tugas paling berat dari sekian banyak tugas selama berkiprah dalam dunia akademik.
Bagi mahasiswa pasca, sebenarnya membuat tesis bukan permasalahan yang perlu dilebih-lebihkan. Mereka sejatinya merasa mudah dan menganggap tugas itu hal biasa sebagai 'pintu masuk' untuk mendapatkan gelar master. Tapi kenapa kemudian tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh dan bahkan 'lempar kewajiban' dengan cara menyuruh orang lain atau 'memesan' jasa tertentu untuk menyelesaikan tugas yang mesti diselesaikannya?
Inilah persoalannya. Mahasiswa terlalu ingin lulus dengan cara mudah, sehingga praktik yang tidak terpuji pun ditempuh. Penulis menganggap meminta jasa atau orang tertentu untuk pembuatan tesis merupakan tindakan tidak terpuji, karena ia merupakan kewajiban primer bagi mereka sebagai pembuktian akan kesungguhan dan hasil dari akademik yang ditempuhnya. Dengan kata lain, bila seorang mahasiswa sudah rela memberikan tanggung jawab akademik ini kepada orang lain, sama halnya ia tidak peduli dengan akademik yang ia jalani selama di bangku kuliah.
Bila menyoroti fakta modus pemesanan pembuatan tesis melalui jasa ini, sangat mudah ditebak jika yang bersangkutan juga melakukan hal yang sama saat menyelesaikan tugas skripsi untuk memenuhi syarat kelulusan program sarjana (S1). Boleh jadi memang tidak memesan, tetapi skripsi yang dibuatnya tak lebih dari sekadar plagiasi alias copas (copy-paste) dari karya orang lain. Inilah cara instan yang akhirnya menciptakan karakter "penyontek" bagi mahasiswa, tak terkecuali bagi mahasiswa S2 dalam menyelesaikan tesis.
Persoalan semacam ini pula yang harus saya hindari saat ini. Meskipun kampus (FISIP UI) sudah mendesak untuk segera menyelesaikan Reading Course sebagai jembatan dasar menuju pembuatan tesis, namun saya tak bisa dengan segera memenuhinya. Terlalu banyak pilihan topik yang menggoncang kepala saya, tetapi tak ada satu pun yang saya anggap betul-betul pas. Ada banyak alasan kenapa saya menganggap tidak pas, mulai karena soal kemurnian ide, daya tarik fenomena, hingga pada aktualitas informasi dan gagasan yang hendak diusung. Beberapa di antaranya yang kini masih menggelayuti pikiran adalah soal masa depan politik partai Islam di Indonesia; persoalan demokrasi di Indonesia (Pancasila dan Islam); hingga pada status konsep "musyawarah" yang tertuang dalam Pancasila, namun "ditinggalkan" dalam praktik demokrasi saat ini.
Sepintas, ide-ide ini tampak bagus. Namun ketika disoroti lebih jauh, sudah banyak peneliti sebelumnya, baik untuk kebutuhan tesis, desertasi, maupun bentuk penelitian lainnya yang sudah "mengobrak-abrik" persoalan ini. Tapi entah, apakah masih ada sisi lain dari persoalan ini yang belum dipotret para peneliti itu, sehingga saya bisa mengambilnya? Atau saya memang harus pindah ke persoalan lain yang lebih menarik sehingga bisa menjadi buah karya alias tesis besar??? Layak ditunggu....
Semoga!!! Amien!!!
Tesis. Itulah kata yang paling ditunggu sekaligus paling ditakuti oleh mahasiswa strata dua (S-2). Ditunggu, karena ia merupakan persyaratan kelulusan mahasiswa dari bangku pascasarjana. Ditakuti, karena ia merupakan tugas paling berat dari sekian banyak tugas selama berkiprah dalam dunia akademik.
Bagi mahasiswa pasca, sebenarnya membuat tesis bukan permasalahan yang perlu dilebih-lebihkan. Mereka sejatinya merasa mudah dan menganggap tugas itu hal biasa sebagai 'pintu masuk' untuk mendapatkan gelar master. Tapi kenapa kemudian tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh dan bahkan 'lempar kewajiban' dengan cara menyuruh orang lain atau 'memesan' jasa tertentu untuk menyelesaikan tugas yang mesti diselesaikannya?
Inilah persoalannya. Mahasiswa terlalu ingin lulus dengan cara mudah, sehingga praktik yang tidak terpuji pun ditempuh. Penulis menganggap meminta jasa atau orang tertentu untuk pembuatan tesis merupakan tindakan tidak terpuji, karena ia merupakan kewajiban primer bagi mereka sebagai pembuktian akan kesungguhan dan hasil dari akademik yang ditempuhnya. Dengan kata lain, bila seorang mahasiswa sudah rela memberikan tanggung jawab akademik ini kepada orang lain, sama halnya ia tidak peduli dengan akademik yang ia jalani selama di bangku kuliah.
Bila menyoroti fakta modus pemesanan pembuatan tesis melalui jasa ini, sangat mudah ditebak jika yang bersangkutan juga melakukan hal yang sama saat menyelesaikan tugas skripsi untuk memenuhi syarat kelulusan program sarjana (S1). Boleh jadi memang tidak memesan, tetapi skripsi yang dibuatnya tak lebih dari sekadar plagiasi alias copas (copy-paste) dari karya orang lain. Inilah cara instan yang akhirnya menciptakan karakter "penyontek" bagi mahasiswa, tak terkecuali bagi mahasiswa S2 dalam menyelesaikan tesis.
Persoalan semacam ini pula yang harus saya hindari saat ini. Meskipun kampus (FISIP UI) sudah mendesak untuk segera menyelesaikan Reading Course sebagai jembatan dasar menuju pembuatan tesis, namun saya tak bisa dengan segera memenuhinya. Terlalu banyak pilihan topik yang menggoncang kepala saya, tetapi tak ada satu pun yang saya anggap betul-betul pas. Ada banyak alasan kenapa saya menganggap tidak pas, mulai karena soal kemurnian ide, daya tarik fenomena, hingga pada aktualitas informasi dan gagasan yang hendak diusung. Beberapa di antaranya yang kini masih menggelayuti pikiran adalah soal masa depan politik partai Islam di Indonesia; persoalan demokrasi di Indonesia (Pancasila dan Islam); hingga pada status konsep "musyawarah" yang tertuang dalam Pancasila, namun "ditinggalkan" dalam praktik demokrasi saat ini.
Sepintas, ide-ide ini tampak bagus. Namun ketika disoroti lebih jauh, sudah banyak peneliti sebelumnya, baik untuk kebutuhan tesis, desertasi, maupun bentuk penelitian lainnya yang sudah "mengobrak-abrik" persoalan ini. Tapi entah, apakah masih ada sisi lain dari persoalan ini yang belum dipotret para peneliti itu, sehingga saya bisa mengambilnya? Atau saya memang harus pindah ke persoalan lain yang lebih menarik sehingga bisa menjadi buah karya alias tesis besar??? Layak ditunggu....
Semoga!!! Amien!!!
No comments:
Post a Comment
Leburkan semua unek-unekmu tentang blog ini...!