Welcome to Ilyas' Site

Saturday, April 27, 2013

“Pseudo Gerakan Mahasiswa”, Sebuah Sinopsis



Gerakan mahasiswa di Indonesia secara kuantitatif, masih sangat dibanggakan. Namun jika dilihat dari hasil (baca: kualitatif), gerakan mahasiswa menjadi sesuatu yang kurang bermakna. Alasannya karena aspirasi mereka yang dilakukan melalui gerakan itu hampir tidak pernah digubris oleh pemerintah atau juga penguasa.
Gerakan mahasiswa seperti hanya angin lalu. Sehingga jika pemerintah memiliki kebijakan apapun, termasuk yang kontra kepentingan rakyat sekalipun, akan tetap jalan, meskipun mahasiswa menolaknya. Mereka jarang sekali mengindahkan suara-suara ekstra-parlemen. Bahkan, Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden yang selalu ‘menghilang’ jika mahasiswa melakukan aksi besar-besaran sebagai bentuk protes atas kepemimpinannya. Di sini terlihat, gerakan mahasiswa begitu tumpul, sehingga tak mampu membuka batin penguasa.
Kenapa ini terjadi? Karena gerakan mahasiswa tak lebih dari sekadar gerakan palsu atau pseudo-gerakan. Banyak gerakan mahasiswa yang tidak murni lahir dari nurani perubahan, tetapi hanya lahir dari faktor lain yang tidak essensial dan bahkan sangat sesaat.
Dalam konteks HMI pun demikian. Gerakan politik maupun intelektual juga mengalami pseudo. Ini bisa dilihat dari kejumudan dan kemandegan berpikir yang melanda HMI. Begitu pun dalam aspek politik, di mana politik di HMI mengalami krisis. Di saat misi HMI menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan Tauhid, justru HMI tampil dengan gaya politik jauh dari nilai-nilai itu. Politik HMI yang cenderung dekat dengan pragmatisme telah menjadi politik yang tanpa nilai.